Sebuah foto kenangan (1)











Jeng jeng jeng jreeeng…
Ada yang tahu ini foto apa? Ini adalah foto sebuah bunga putih (ga tau namanya) yang sengaja dijatuhkan saat walimah salah satu anggota keluarga CES1 beberapa hari yang lalu. Anggap saja sebagai perlambangan atas teman-temanku yang berduka karena ditinggal nikah ndit dengan suaminya yang bernama mas yaul. Barakallah ya ndit :-D

Bukan berarti mereka sakit hati ya… hanya saja saya menikmati muka mereka yang sedikit sedih karena ndit yang mungkin sedikit mereka dambakan pergi dengan orang lain. Hahaha xD
Ndit merupakan teman sekelasku selama 3 tahun di SMA. Di kelas 3 ia duduk di depanku. Jadi kami sedikit akrab lah. Apalagi dia suka ngecengin aku dengan bahan cengan seseorang -..-
Terus arti foto ini apa?
Nggak ada kok. Hanya iseng aja… sok menghormati teman-temanku yang lain aja xD
barakallah ya ndit.. semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahma… serta juga amanah…
Nanti tunggu undanganku juga yaa… #eh

Journey's End

A silence from creation's womb
Contributes to the sense of gloom
The plight of sentient beings
Belies the good

Within each one of you
A universe awaits its birth
Alas your sleeping souls
Still stumble on your roads of rage

Sorrow, no more
Erase your lust for war
I know your truth
Your destiny's cure
Forbid your sins
To live again in time
Noble, righteous hearts could shine


Journey's End - Donna Burke - "The Last Remnant" closing

Aku, keluargaku, dan bukan keluargaku



Perhatian : Cerita ini bukanlah fakta. Cerita ini hanyalah fiksi biasa yang tercipta sebagai akibat dari emosi yang sedang dialami penulis dan dibentuk ulang dalam sebuah cerita fiksi yang sama sekali tidak ada unsur kesengajaan terhadap elemen-elemen isinya.





Aku kembali lagi ke ruangan hijau ini. Tempat dimana aku merasakan kesepian meskipun berkulit kehangatan. Aku tidak ingat kenapa aku kembali lagi ke tempat ini.

“tok.. tok.. tok..”
Bunyi pintu yang diketuk itu mengalihkan pikiranku yang sedang bereuni dengan ruangan ini.
“masuk”, jawabku. Ternyata yang datang adalah teman-temanku dari lembaga dimana aku menjabat. Perasaan senang meliputi hatiku karena ini pertama kalinya aku dijenguk orang lain selain keluargaku. Mereka semua menjengukku sebagai sebuah keluarga di tempat yang asing ini. Sekitar setengah jam mereka menghiburku dengan ejekan-ejakan yang mampu membuat kami satu ruangan tertawa. Hingga akhirnya mereka harus pergi karena ada amanah-amanah yang harus mereka lakukan sebagai satu kesatuan lembaga yang profesional.
“tok.. tok.. tok..”
Tak lama kemudian ada yang mengetuk kembali pintu ruangan ini. Begiku aku mempersilahkan mereka masuk ternyata keluarga dari lembaga yang sama walau berbeda person. Mereka semua berasal dari divisi yang sama. Perasaan senang kembali meliputi diriku.
Berhubung aku orang yang Kepo lantas aku bertanya “abis darimana? Kok gak bareng sama anak-anak yang lain tadi? Tadi mereka abis dari sini”. Mereka pun menjawab “Nggak abis dari mana-mana kok. Tadi kita nggak kumpul di sekre soalnya. Kita sengaja bareng-bareng soalnya kn kita dari divisi yang sama.” Dalam sekejap perasaan senang yang tadi meliputi hatiku lenyap seketika. Hanya tersisa kehampaan.
“bisa tinggalkan aku sendiri?” ucapku dengan wajah kosong. Mereka pun terdiam dengan ucapanku yang tidak mereka duga akan kuucap. “maaf, aku sedang ini istirahat”. Kuperhalus kata-kataku agar tidak terlalu menyakiti mereka. Dan mereka pun mematuhi kata-kataku karena mereka tahu dari air mukaku aku tidaklah bercanda.
Yang tersisanya hanyalah kesendirian kembali. Kesendirian yang semula sudah terbungkus oleh kehangatan itu kehilangan udara hangatnya. Dan akupun kembali bereuni dengan ruangan ini.
Memang aku adalah sedikit orang yang berbeda dengan yang lain. Aku mengutamakan kekeluargaan dibandingkan tujuan utama. Sebab apa artinya sebuah tujuan bila itu tercapai dengan mengorban rekan-rekan dan keluarga yang menemaniku. Aku tidak akan merasa senang apabila berhasil menggapainya namun kehilangan anggota keluargaku dalam perjalannku tersebut. Aku yakin bahwa dengan bersama-sama kita bisa mencapai semuanya. Walau terkadang tujuan itu gagal tercapai pasti tergantikan dengan esensi-esensi lainnya yang tidak kalah berarti. Ya aku tidak peduli terhadap mereka yang bukan keluargaku, namun aku tidak akan mengacuhkan mereka. Sebab itu pasti menyakiti perasaan keluargaku.