Selamat Idul Fitri 1433 H

Untuk seseorang - Beginilah dakwah mengajarkan kita

"Percuma!". Hanya kata itu yang dapat kuucapkan pada diriku sendiri. Termenung melihat adik-adik ikrema yang luar biasa ini. Tapi ada gunanya saat aku tidak mampu memberikan apa-apa untuk mereka. Terutama saat Ash-shaff sedang galau akan kader penerus seperti sekarang. Meski banyak dari kakak-kakak Ash-shaff yang bilang "arman sekarang udah jadi orang hebat..", "arman sekarang udah jadi yaa.. ga kayak dulu yang masih belum jelas..", "kak arman, ini... itu...". Namum perubahan yang aku peroleh ini. Hal-hal hina yang dulu menjadi karakterku yang dua tahun ini aku upayakan dapat tergantikan dengan ilmu-ilmu yang mampu mengubahku ternyata tidak dapat aku berikan apa-apa untuk mereka. Bukan masalah teman-teman yang menghilang kemana sampai-sampai ada kakak Ash-shaff yang berkata "siap-siap saja yang akhwat jadi mas'ul"
Candaan yang menurutku bisa saja jadi kenyataan.

Aku memang kurang berilmu dibandingkan ikhwan-ikhwan yang lain. Namun aku siap semisal aku memberikan mereka mentoring. Tapi apa daya jarakku dengan mereka terpaut 500km lebih, bahkan hampir 600km (lupa pastinya). Aku bahkan tidak bisa memberikan semangat kepada adik-adikku yang beranjak kelas XII untuk memegang kelas X.

Lantas dimana peranku? tanyaku heran.

Namun inilah ajaibnya menulis.. seketika kepalaku menjadi dingin lagi. Dan dapat memikirkan hal dengan jernih.

Inilah bagaimana dakwah mengajari kami. Bukti bahwa seorang pemimpin dinyatakan berhasil adalah saat ia mampu mencetak generasi penerusnya. Sehingga estafet perjuangan dakwah ini tidaklah putus. Oleh karena itu lah pada umumnya di setiap lembaga pasti memiliki yang namanya PSDM atau bidang kaderisasi. Kalau memang kurang sumber daya atau tidak ada, yasudah marilah kita ciptakan penerusnya. Dan juga dakwah mengajarkan kita untuk terbiasa perjalanan 5 jam demi kebermanfaatan 1 jam yang nantinya justru menjadi kontinu. Tak masalah kita lebih banyak menghabiskan waktu dalam persiapan. Toh dalam kepanitiaan pun seperti itu. Berhari-hari persiapan hanya untuk satu hari acara, atau bahkan setengah hari hingga 3 jam.

Tak perlu kita habiskan waktu kita untuk berpusing ria, apalagi mengeluh. Cuma akan menjadi beban justru akan memberatkan langkah-langkah perjuangan kita. Memang tidak semudah saya menulis dalam melaksanakannya nanti.. namun tidak ada salahnya kita mencoba kan?

Tak perlu bingung kakak-kakakku... Allah maha kaya.. bukan hanya dana, namun pasti Allah akan memberikan kita sumber daya yang siap melanjutkan estafer perjuangan ini. Dengan syarat kita siap untuk menyisihkan lebih waktu kita dalam mempersiapkannya..
:-)
untuk : kak irawan, kak idris, kak warits, rekan-rekan Ash-shaff dan adik-adik ikrema

Beban Akan Perubahan

paksaan yg hanya membawa perubahan
menjadi yg tidak sebenernya dibutuhkan oleh sistem
yg semula mampu berjalan walau pelan
menjadi berjalan cepat
tapi dengan penurunan oleh sang waktu
ada perubahan atau tidak ada..
sepertinya lebih baik tidak ada..
statis..
dalam fungsi yg seharusnya
- Cibubur, 23 Ramadhan 1433

Cerita sebuah kota yang terbiasa hidup dengan hawa panasnya yg mencekam. Seketika suasana dingin menyelimuti kota tersebut.
Sebagian orang berkata "tumben?"
sebagian lagi "asiiikk.."
namun ada juga yg berkata "imposible"
bahkan "pasti sebentar lg ada sesuatu"

Ya terkadang perubahan tidaklah menjamin akan kebahagian. Terkadang kita lebih mengangat "harus ada perubahan menjadi yg lebih maju" tapi kita lupa akan "yg tidak bahagia harus menjadi bahagia"
Terkadang kita terlena akan perjuangan-perjuangan kita untuk menjadi lebih baik. Bahkan sampai kita lupa untuk apa kita berjuang.

Diam Tanda Tak Mengertiku

Langit semakin gelap. Seakan mengiringi suasana hati yang penuh kegundahan ini. Ini pertama kalinya aku kehilangan “passion”ku di tempat ini. Sudah hampir 6 tahun, namun baru kali ini aku merasa bosan.

“apa yang terjadi man?” sahutnya padaku.

“entahlah. Aku sendiri seakan tidak mengerti. Semua terasa senja di mataku. Meskipun aku tahu matahari semakin lelah berdiri.” Jawabku padanya.

“ragamu seperti kelelahan, hatimu seperti kecewa, dan matamu seperti menangis.” Kata yang seorang lagi.

“ah mungkin ini karena efek terlalu banyak keluar rumah, kau tau lah fisik kita tidaklah seperti manusia kebanyakan.” Kuatku.

Detik demi detik terlalui begitu saja dan aku masih memikir apa penyebab diri ini terus merasa gundah. Tak lama kemudian galaxy callistoku berbunyi.

mas jadi diam
Ada apa-apa ya pas buka puasa kemaren?
Ade khawatir maas
Mas bneran gpapa?
Mas gk biasa diem gini
T.T

Ternyata ini penyebabku merasa gundah. Bukan karena isi sms atau siapa yang sms. Namun karena aku belum menyelesaikan seluruh targetanku bulan ini. Tepatnya bahkan aku tidak mengerti apa targetku. Beberapa hari lalu aku melihatnya sedang membuat apa saja yang harus ia capai bulan depan. Teringat juga dengan tugas untuk maba nanti yang harus membuat 100 cita-cita yang ingin mereka capai. Sedangkan aku? Aku bahkan tidak tahu aku harus ngapain satu detik lagi. Meskipun aku selalu menjalani hidup ini dengan skenario-skenario picisan yang kubuat sesuai idealismeku. Namun terkadang aku meragukan apakah itu benar-benar aku yang menyusunnya. Apakah benar aku? Atau diriku yang lain? Karena terkadang aku merasa ragu. Apalagi mengingat sifatku yang seperti ini.


Belum lama ini juga murabbi dari halaqah ketika masih SMA mengajak kembali merapat. Ternyata itu undangan berbuka puasa bersama halaqah dulu. Walau tempatnya tidak jauh berbeda dengan nuansa di jogja, yaitu rumah makan lele lela. Namun ada satu dekorasi yang membuatku tertegun. Yaitu sebuah banner bertulisan :

“buatlah rencana hidupmu sendiri atau selamanya jadi bagian dari rencana hidup orang lain”
Jleb.. kembali aku merenung mengingatnya…


Tak lama kemudian adzan shalat ashar berkumandang. Segera aku menghadap Sang Pencipta untuk bercerita akan kegundahan ini. Tentang perasaanku yang berawan dan juga cita-citaku menjaga senyum-senyum orang disekitarku yang selalu menjagaku, apalagi dirinya yang terkadang membuatku merasa tidak pantas karena kebaikannya.

Tak lama kemudian rintik-rintik dingin membasahi taman rumahku. Memberikan nuansa kesegaran terhadap rumahku. Namun terlihat tanah-tanah menjadi lembut dan mengotori jalan setapak ke lantai dua.

Walau terkadang air hujan menstabilkan alam.. namun ada juga yang labil karenanya
Namun dibalik gelapnya awan itu masih tersimpan langit biru dengan udara sejuk yang membawa kecerahan.. membawa masa depan cerah. Jadi tak usahlah kita bersedih atas apa kekurangan kita. Karena kita masih punya waktu untuk mengubahnya. Mengubahnya menjadi stabil kembali dengan tangan kita. Sebagaimana kita diminta Sang Pencipta untuk menjaga alam ini.