Diam Tanda Tak Mengertiku

Langit semakin gelap. Seakan mengiringi suasana hati yang penuh kegundahan ini. Ini pertama kalinya aku kehilangan “passion”ku di tempat ini. Sudah hampir 6 tahun, namun baru kali ini aku merasa bosan.

“apa yang terjadi man?” sahutnya padaku.

“entahlah. Aku sendiri seakan tidak mengerti. Semua terasa senja di mataku. Meskipun aku tahu matahari semakin lelah berdiri.” Jawabku padanya.

“ragamu seperti kelelahan, hatimu seperti kecewa, dan matamu seperti menangis.” Kata yang seorang lagi.

“ah mungkin ini karena efek terlalu banyak keluar rumah, kau tau lah fisik kita tidaklah seperti manusia kebanyakan.” Kuatku.

Detik demi detik terlalui begitu saja dan aku masih memikir apa penyebab diri ini terus merasa gundah. Tak lama kemudian galaxy callistoku berbunyi.

mas jadi diam
Ada apa-apa ya pas buka puasa kemaren?
Ade khawatir maas
Mas bneran gpapa?
Mas gk biasa diem gini
T.T

Ternyata ini penyebabku merasa gundah. Bukan karena isi sms atau siapa yang sms. Namun karena aku belum menyelesaikan seluruh targetanku bulan ini. Tepatnya bahkan aku tidak mengerti apa targetku. Beberapa hari lalu aku melihatnya sedang membuat apa saja yang harus ia capai bulan depan. Teringat juga dengan tugas untuk maba nanti yang harus membuat 100 cita-cita yang ingin mereka capai. Sedangkan aku? Aku bahkan tidak tahu aku harus ngapain satu detik lagi. Meskipun aku selalu menjalani hidup ini dengan skenario-skenario picisan yang kubuat sesuai idealismeku. Namun terkadang aku meragukan apakah itu benar-benar aku yang menyusunnya. Apakah benar aku? Atau diriku yang lain? Karena terkadang aku merasa ragu. Apalagi mengingat sifatku yang seperti ini.


Belum lama ini juga murabbi dari halaqah ketika masih SMA mengajak kembali merapat. Ternyata itu undangan berbuka puasa bersama halaqah dulu. Walau tempatnya tidak jauh berbeda dengan nuansa di jogja, yaitu rumah makan lele lela. Namun ada satu dekorasi yang membuatku tertegun. Yaitu sebuah banner bertulisan :

“buatlah rencana hidupmu sendiri atau selamanya jadi bagian dari rencana hidup orang lain”
Jleb.. kembali aku merenung mengingatnya…


Tak lama kemudian adzan shalat ashar berkumandang. Segera aku menghadap Sang Pencipta untuk bercerita akan kegundahan ini. Tentang perasaanku yang berawan dan juga cita-citaku menjaga senyum-senyum orang disekitarku yang selalu menjagaku, apalagi dirinya yang terkadang membuatku merasa tidak pantas karena kebaikannya.

Tak lama kemudian rintik-rintik dingin membasahi taman rumahku. Memberikan nuansa kesegaran terhadap rumahku. Namun terlihat tanah-tanah menjadi lembut dan mengotori jalan setapak ke lantai dua.

Walau terkadang air hujan menstabilkan alam.. namun ada juga yang labil karenanya
Namun dibalik gelapnya awan itu masih tersimpan langit biru dengan udara sejuk yang membawa kecerahan.. membawa masa depan cerah. Jadi tak usahlah kita bersedih atas apa kekurangan kita. Karena kita masih punya waktu untuk mengubahnya. Mengubahnya menjadi stabil kembali dengan tangan kita. Sebagaimana kita diminta Sang Pencipta untuk menjaga alam ini.

0 komentar:

Posting Komentar